Jumat, 24 Desember 2010

Berbagi Kasih kepada Sesama

Disaat melantunkan lagu “Silent Night” pada malam Natal di Gereja, biasanya suasana terasa hening plus cahaya lilin yang menerangi gelapnya malam. Tapi, coba bandingkan dengan suasana Natal di mal-mal. Pohon Natal yang mewah lengkap dengan aksesorisnya. Pokoknya segalanya serba wah!
Tanpa disadari Natal “wah” itu mengajarkan hidup konsumtif lho! Lalu, kemanakah makna Natal yang sesungguhnya?

Berbagi Kasih kepada Sesama

Bukan Sekadar Kado

Sebenarnya apa sih yang ditunggu anak saat Natal? Kado! Begitu tanggal 25 Desember, semua anggota keluarga berkumpul di bawah pohon Natal dan membuka kado masing-masing. Betapa menyenangkan!

Namun, ada yang lebih penting, “Kelahiran Yesus adalah hadiah terindah dari Tuhan. Dia menebus dosa manusia,“ buka Ratri Sunar Astuti SPsi MSi, tentang makna Natal.

Lanjutnya, agar anak lebih memahami makna Natal, orangtua dan anak bisa membaca buku bersama mengenai kisah Natal. Biasanya, antara anak dan orangtua akan terjadi interaksi lewat tanya-jawab. Atau alternatif lain, orangtua memancing diskusi dengan pelbagai aktivitas dalam rangka menyiapkan Natal di rumah, seperti menghias pohon Natal atau membungkus kado Natal.

Teladani Sifat-Sifat Positif

Karena Natal itu menyambut hadirnya Yesus. “Orangtua dapat mengajak anaknya menelaah sifat-sifat Yesus yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti Yesus yang membawa kedamaian, penuh belas kasih, tidak membedakan orang, menghargai orang lain, dan sebagainya,” tutur Staf Pengajar Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ini.

Sambungnya, orangtua bisa menerapkannya melalui evaluasi perilaku anak selama ini, apakah sesuai dengan teladan Yesus atau belum? Bila sudah sesuai, berilah anak pujian dan dukungan. Namun jika belum, ajaklah anak merencanakan perubahan.

“Misalnya ajak anak memilih baju yang tidak dipakai dan masih bagus, mainan, buku, atau menyisihkan sebagian uang sakunya untuk membantu korban bencana atau mereka yang membutuhkan. Inilah cara menanamkan rasa empati, peduli, dan rasa sayang kepada orang lain,” saran Ratri SPsi MSi, seraya menerangkan bila nilai-nilai ditanamkan sejak dini akan berdampak hingga mereka dewasa kelak.

Mengenai tradisi pemberian kado saat Natal, Psikolog kelahiran Solo ini, menyatakan tidak ada salahnya memberikan kado, asalkan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sebaiknya, orangtua tidak lupa memberitahu alasan mengapa anak-anak mendapatkan hadiah tersebut. Sebab, kado ini akan memperkuat tingkah laku anak yang sudah baik.

Membangun Religiusitas Anak

Sebenarnya, manfaat perayaan Natal adalah membangun religiusitas anak. “Anak-anak yang mengenal dan merasakan kasih Tuhan lebih memiliki sikap yang postif. Anak yang religius memiliki rasa aman, tahu bahwa dirinya tidak sendiri dan ada dukungan. Perasaan seperti ini membangun rasa percaya diri dan berani mengaktualisasikan diri, sehingga mereka biasanya lebih bahagia,” urainya panjang lebar.

Libatkan Anak dalam Kegiatan Natal
Sesungguhnya, sah-sah saja loh bila mengadopsi tradisi Natal. Sebut saja, sinterklas, pohon Natal, bertukar kado, dan sebagainya. Bagaimanapun juga simbol-simbol itu memberikan nuasa berbeda dan membawa kebahagiaan.

”Suasana gembira inilah yang memperkuat ingatan anak tentang Natal dan maknanya. Namun, bukan berarti setiap tahun musti ada kado Natal atau kado yang sesuai keinginan anak. Ajak anak menikmati sisi lain perayaan Natal,” pesan Ratri SPsi MSi.

Ratri menambahkan, biasanya saat Natal diselenggarakan pertemuan keluarga besar untuk menjaga tali silaturahmi dan saling berbagi. Coba libatkan anak dalam acara tersebut, misalnya, diskusilah bersama anak mengenai acara yang akan dilakukan, makanan yang disajikan atau oleh-oleh yang akan dibawa. Selain itu, ajarilah anak memerhatikan semua anggota keluarga dan menghormati mereka. Jadi, orangtua diharapkan mampu memberi contoh baik tentang bagaimana bergaul dengan anggota keluarga lain. Itulah teladan nyata yang akan dicontoh anak. Begitu pula dalam kegiatan Natal di Gereja, sekolah minggu, atau tempat lain.

Berbagi Kasih kepada Sesama

Natal juga identik dengan momen berbagi kasih. ”Libatkan anak memberi usul kemana akan berbagi kasih pada tahun ini. Diskusi kegiatan Natal tidak hanya melatih kepekaan anak kepada orang lain, empati, mengembangkan rasa syukur, tetapi juga melatih anak bagaimana mengemukakan dan mendengar pendapat orang lain, ” tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar